"DUC IN ALTUM" (Aris Rematwa)



28 Oktober merupakan salah satu hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia dimana para pemuda berkumpul dan mengikrarkan sumpah pemuda. Namun bagi umat keuskupan Amboina, tanggal 28 Oktober juga sebagai hari ulang tahun Seminari St. Yudas Thadeus Langgur, sebuah lembaga Pendidikan dan pembinaan calon imam bagi umat katolik keuskupan Amboina.

Momen ulang tahun sekolah memang selalu dinantikan bagi para Seminaris termasuk kami pada waktu itu. Paling tidak akan ada sedikit acara dan pastinya ada begitu banyak makanan dan acara bebas yang tentunya hanya akan diizinkan sampai jam 12 malam oleh pamong asrama. Namun tahun itu terasa berbeda, karena Angkatan kami harus bertindak sebagai penanggung jawab acara, sebuah tradisi yang sudah turun menurun sejak dahulu. Kali ini yang menjadi penanggung jawab adalah OSIS dan badan pengurus Dekan yang mana tanggung jawab itu sudah diemban oleh Angkatan kami.

Badan pengurus OSIS dibawah komando Naldo Narahawarin akan bertanggung jawab pada perayaan pada jam sekolah yang melibatkan siswa SMP dan juga siswa SMA, sedangkan badan pengurus Dekan yang dipimpin oleh Ardi Anitu akan bertanggung jawab pada acara sore hingga malam harinya. Karena semuanya dalam satu Angkatan maka koordinasinya tidak sulit, dan waktu itu kami betul-betul didampngi oleh Ibu Merry Wermasubun sebagai Pembina OSIS.

Beberapa kesempatan kami selalu intens membahas segala macam persiapan mulai dari kegiatan saat pagi hari hingga siangnya dan dilanjutkan dengan sore hingga malam. Dalam momen-momen itu saya masih ingat betul bagaimana ide dan gagasan untuk untuk persiapan acara dilontarkan oleh tiap-tiap orang dan ada kalanya terjadi perbedaan pendapat antar sesama. Yang menarik adalah pembahasan soal lokasi acara dan juga terkait panggung acaranya. dalam penentuan lokasi acara selalau Refter siswa dan halaman refter staf menjadi pilihan yang paling mungkin digunakan, namun mayoritas teman-teman memilih untuk menggunakan lapangan basket di halaman depan sebagai tempat dilaksanakannya acara.

Semakin menarik soal pembahasan panggung, ada opsi menggunakan meja belajar yang disusun sebanyak mungkin untuk dijadikan panggung utama. Tentu saja ide itu menuai banyak pro dan kontra, pembahasannya memakan waktu yang lama sampai kahirnya diputuskan untuk menyewa tenda. Sesuatu yang tidak pernah saya duga sebelumnya dimana meja di fungsikan sebagai panggung. Saya lupa itu ide siapa tapi yang pastinya bagi say aitu pilihan yang radikal hehehe.

Segala persiapan berjalan dengan baik, kami yang bertindak sebagai panitia bekerja begitu keras sehingga waktu gladi untuk penampilan dari Angkatan kami baru bisa dilakukan tengah malam. Setelah itu kami masih harus mengambil kue ulan tahun yang di rumahnya Beno Reyaan. Kami nyaris tidak beristirahat karena paginya harus buka fajar dan sehat Bersama semua guru dan siswa Seminari. Kegiatan pagi itu berjalan dengan baik hingga selesai pada siang hari, dan pastinya masih akan berlanjut pada sore hingga malam hari.

Malam itu disekitaran pagar seminari penuh dengan umat yang menyaksikan dari luar kemeriahan hari ulang tahun Seminari Langgur yang ke 66 tahun. Setiap Angkatan menampilkan setiap pertunjukkan didepan semua peserta yang hadir, tepuk tangan dan gemuruh sorak sorai bergantian tanpa henti. Di balik panggung ada ada begitu besar rasa cemas dan ketakutan yang menghantui, intinya jangan sampai momen indah ini sampai berantakan. Disisi lain didalam lab computer, saya dan teman-teman sedang bersiap menampilkan sebuah pertunjukkan yang istimewa.

Tarian Kei, tarian Tide-tide dari Tobelo, tarian Papua, tarian tifa dari Tanimbar dan tarian modern akan ditampilkan secara bersamaan oleh Angkatan kami dan juga diiringi oleh pembacaan puisi oleh Naldo Narahawarin. Tarian Kei sebagai pembuka, ini menandakan bahwa Seminari ini ada di Kei dan masyarakat Kei siap menerima semua seminaris dari daerah manapun, setelah tarian Kei disusul tarian Papua, Tobelo, Tanimbar dan tarian Modern sebagai penutup. Diakhir penampilan semua maju didepan panggung sampai berpegangan tangan dan menyanyikan lagu “gandong” sebagai pesan persaudaraan sejati dalam Kristus sebagai teladan hidup. Gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai mengiringi penampilan kami pada saat itu, ada pepsan yang sangat mendalam bahwasannya kita semuanya satu meskipun berbeda suku.

Suatu pengalaman yang luar biasa dan begitu membekas dalam diri saya dan teman-teman seperjuangan, bagaimana melihat perbedaan bukan sebagai penghalang namun sebagai kekayaan yang harus dijaga dan dirawat, apalagi itu bertepatan juga dengan peringatan sumpah pemuda. Saya jadi ingat kata MGR. Soegijapranoto tentang konsep 100% Katolik, 100% Indonesia. Untuk menutup tulisan singkat ini saya dan teman-teman Angkatan 64 Seminari Langgur mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 73 tahun buat almamater tercinta Seminari St Yudas Thadeus Langgur, semoga semakin jaya selalu dan terus melahirkan calon-calon imam bagi umat Katolik dan secara khusus bagi keuskupan Amboina. DUC IN ALTUM

Tidak ada komentar untuk ""DUC IN ALTUM" (Aris Rematwa)"