Keamanan dan Diamankan (Aris Rematwa)
Seketika saya pun tertawa lepas tanpa kendali ketika dalam podcast itu di bahas tentang siswa yang sering bertugas untuk mencatat nama-nama yang ribut. seketika saya ingat kembali ketika masih berada di bangku SMP. Waktu kelas VII seingat saya yang menjadi ketua kelas adalah teman saya Tino Sarkol. Saya pernah di tampar dari ketua kelas hanya karena ribut, dan memang itu tugasnya sebagai seorang pemimpin dalam menjaga ketertiban dalam ruang kelas.
Tidak hanya sampai disitu, saya pun teringat dengan kenangan lucu saat berada di kelas IX dimana waktu itu saya sebagai seksi keamanan kelas yang ditunjuk langsung oleh RD Joseph Ell yang kebetulan waktu itu masih menjadi Frater TOP (Tahun Orientasi Pastoral). Sebagai seksi keamanan tugasnya jelas yakni menjaga keamanan kelas pada saat jam kosong. Apalagi dibawah perintah RD Joseph, apabila kelas ribut maka seksi keamanan yang akan menerima konsekuensinya.
Tugas yang amat berat karena sebagai seorang yang suka bertindak onar dalam kelas harus menerima kenyataan untuk bisa menjaga keamanan kelas. Sesuatu yang sangat berat dijalani waktu itu namun karena ini adalah sebuah tugas maka harus dijalankan dengan baik. Semua tampak mengikuti dengan baik, kelas bisa terkendali tapi tidak dengan beberapa teman yang cukup akrab sehingga agak sedikit canggung untuk menegurnya.
Pada suatu siang ada beberapa teman yang tertawa lepas disaat kelas begitu hening, karena canggung untuk di pukul, akhirnya saya berinisiatif untuk menyiksa dengan cara menyuruh mereka menirukan suara tawa mereka didepan kelas. sialnya saat menirukan tiba-tiba lewatlah Pastor Matrix, salah satu pembina kami yang sangat ditakuti. Tanpa bertanya beliau langsung menghukum mereka yang sebenarnya sedang menjalani hukuman dari saya. Kerja berat menanti mereka dari jam seklah hingga jam selesai tidur siang tanpa di berikan kesempatan untuk makan siang.
Saya pun begitu merasa sangat bersalah kepada mereka sehingga dengan segala upaya untuk bisa mengajak mereka kembali berkomunikasi. Awalnya sulit namun akhirnya kami pun bisa tertawa lepas bersama setelah kejadian itu. Semenjak saat itu saya pun berhenti dari seksi keamanan suatu pekerjaan yang bertolakbelakang dengan realitas diri saya sendiri.
Waktu berjalan begitu cepat sehingga dalam beberapa kesempatan kami akhirnya tertawa lepas bersama saat mengingat masa-masa dulu. Tidak ada dendam, tidak ada kebencian semuanya mengalir begitu saja tanpa rekayasa. Saya lalu teringat akan sebuah kalimat sederhana "seseorang yang tertawanya sangat kencang saat kamu dalam musibah adalah dialah orang yang akan menggenggam tanganmu erat-erat saat yang lain mengabaikanmu"
Ada yang masih ingat kisah ini ? jangan lupa untuk luangkan waktumu untuk tertawa

Tidak ada komentar untuk "Keamanan dan Diamankan (Aris Rematwa)"
Posting Komentar