Munggu dan jejak Spiritual (Aris Rematwa)
Mentari pagi mulai perlahan menunjukkan pesonanya. Dari kamar berdinding triplek, cahaya itu mulai perlahan menembus dan merangsak masuk dan mengisyaratkan bahwa petualangan hidup kembali dimulai.
Saya pun bergegas untuk bangun dan mengecek jam pada handphone. Waktu menunjukkan pukul 05:48 WITA, saya pun segera bergegas untuk mandi dan bersiap ke Gereja. Minggu ini terasa berbeda bukan karena harus mengikuti misa secara live streaming namun harus menemukan Gereja Katolik terdekat sesuai dengan petunjuk Google maps.
Semenjak penaburan pupuk dilahan penelitian, saya memutuskan untuk menetap dilahan. Kebetulan disana terdapat mess karyawan toko Melonila yang lahannya dikontrak untuk penelitian kami. Sebuah bilik sederhana kami bangun berdampingan dengan mess tersebut yang akan menjadi tempat tinggal selama 3 bulan kedepannya.
Pagi itu setelah selesai bersiap-siap untuk ke Gereja, saya pun memulai perjalanan dari daerah Munggu dengan tujuan daerah Canggu sesuai arahan Google maps. Lama perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki adalah 48 menit dan jika menggunakan motor atau mobil hanya 8 menit. Namun karena tidak punya kendaraan dan kebetulan saya suka berjalan kaki maka hal itu tidak menjadi hambatan.
Berjalan diantara sawah-sawah yang sudah mulai siap untuk kembali ditanami benih-benih kehidupan, nampak para petani mulai beraktivitas di sawah masing-masing. Sepanjang perjalanan dari kejauhan terlihat banyak salib berdiri tegak yang menandakan posisi dari Gereja.
Setelah cukup lama berjalan akhirnya saya tiba di Salah satu tempat yang tidak asing karena saya pernah menghadiri salah satu kegiatan di tempat tersebut. Salah satu Gereja Katolik Paroki setempat namun ternyata belum dibuka untuk umum dan hanya masih menjalankan misa online. Perjalanan saya lanjutkan hingga akhirnya tiba di tempat tujuan sesuai Google maps. Tampak sebuah Gereja berdiri tegak berdampingan dengan balai Banjar desa setempat.
Dengan semangat saya pun melangkah masuk ke halaman Gereja dan bertemu salah satu petugas keamanan yang rupanya baru siap untuk bertugas. Saya pun menanyakan perihal Waktu di mulainya misa setelah dijawab bahwa akan dimulai pukul 08:00 WITA saya pun mulai di interogasi. Wajar saja sebagai orang baru dan demi keamanan saya pun menjawab semua pertanyaan dari sang petugas. Saya pun diminta menunjukkan kartu identitas diri namun karena dompet saya tinggalkan di mess maka saya pun secara cepat menunjukkan identitas diri secara online dengan membuka SIMON Warmadewa. Setelah menunjukkan identitas tersebut saya pun dipersilahkan untuk mengikuti protokol kesehatan sebelum masuk kedalam gedung Gereja. Rupanya saya adalah orang pertama yang hadir selain petugas keamanan dan para petugas Gereja.
Setelah masuk gedung Gereja nampak corak-corak dan ukiran khas masyarakat Bali begitu memanjakan mata. Nilai-nilai keagamaan menyatu dengan kearifan lokal setempat yang mencerminkan betapa indahnya keberagaman budaya di Indonesia. Beberapa saat kemudian misa Kudus pun di mulai dan saya beserta semua umat lainnya yang hadir mengikuti dengan penuh suka cita.
Perjalanan hidup akan menunjukkan kita hal-hal yang tidak dapat kita duga sebelumnya. Sebuah keputusan menetap dilahan dapat mengantarkan saya pada suatu pengalaman baru berjumpa dan merasakan suatu suasana baru yang semakin memperkaya pengalaman hidup saya secara pribadi. Dalam perjalanan pulang saya pun sempat berpikir kalau seandainya saya tidak menetap di Munggu maka yang akan saya ceritakan setelah balik kekampung hanyalah pengalaman mengikuti misa di Katedral Denpasar yang dekat dengan tempat tinggal saya di Denpasar.

Tidak ada komentar untuk "Munggu dan jejak Spiritual (Aris Rematwa)"
Posting Komentar