Sepakbola dan anak asrama (Aris Remetwa)

Ajang piala dunia 2022 telah selesai dan yang menjadi juara adalah Argentina dengan mengalahkan juara bertahan Perancis. Kedua tim bermain dengan baik hingga tak heran jika banyak yang mengatakan bahwa ini menjadi final piala dunia terbaik yang pernah ada. Dengan kemenangan ini sepertinya perdebatan antar pendukung Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi akan semakin memanas apalagi ini terjadi menjelang berakhirnya karir profesional dari kedua pemain bintang dunia ini. 

Momentum ini lalu membawa saya teringat kembali ketika masih berada di Seminari Langgur dimana pada waktu itu perdebatan demi perdebatan tentang sepakbola menjadi hal yang tak bisa dihindari. Para pendukung Ronaldo dan Lionel Messi akan selalu nberadu argumen pada setiap kesempatan.  Sepertinya hal sudah menjadi suatu tradisi yang turun temurun dikalangan anak Seminari. 

Sama halnya dengan kaka tingkat, dalam angkatan kami juga punya kubu Ronaldo dan Lionel Messi. Yang menariknya dari kubu Lionel Messi ada seorang teman saya yang saat ini berada di Seminari tinggi, yang pengetahuan soal Lionel Messi, Barcelona dan Timnas Brazil sangatlah memadai sehingga sangat sulit untuk berdebat dengannya. Kalau kamu tidak mempunyai data yang akurat jangan pernah berdebat dengannya. 

Dikubu Ronaldo ada Marselino Wara, teman saya yang berasal dari Tobelo ini sangat mengidolakan Ronaldo sehingga siapapun yang berdebat dengannya tidak akan pernah selesai. Kapan pun dan dimana pun pasti akan selalu berdebat. Sangat menarik ketika melihat dia berdebat dengan Yoga pendukung fanatiknya Lionel Messi yang saya sebutkan diatas. Keduanya punya gaya berbeda dalam berdebat. Yoga selalu tampil dengan data dan fakta di lapangan dan Marselino tampil dengan data-data yang dia kumpulkan dari koran dan yang jadi masalahnya adalah bawah dia tidak memusingkan kapan koran itu terbit selagi ada berita baik soal Ronaldo maka dia akan berkoar-koar dalam asrama. 

Saya ingat betul suatu dalam di 2014 sebelum pertandingan piala dunia dimulai suasana asrama sudah penuh dengan perdebatan antar sesama pendukung, sebagai adik tingkat tentunya kami tidak punya ruang yang banyak untuk berdebat apalagi di hadapan kaka tingkat. Malam itu didepan ruang makan saya dan Yoga sempat mendengarkan beberapa kaka tingkat berdebat dengan begitu seru seputar piala dunia yang sudah berlalu. Kami mendengar dan setelah itu masuk kedalam ruang makan dan menikmati makan malam. Setelah jam makan selesai Yoga mengatakan kepada saya dalam perjalanan bahwa perdebatan tadi sangatlah keliru, Yoga lalu menggambarkan kejadian gol yang diperdebatkan tadi secara terperinci kepada saya dan dia mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh kaka kelas tadi itu sangat keliru. Sesuatu yang benar-benar membuat saya pada waktu itu menjulukinya sebagai yang maha tahu. 

Ada satu kalimat yang sering saya sampaikan kepada teman-teman ketika berdebat dengan Yoga adalah dalam sebuah pertandingan sepakbola, Yoga bisa mengetahui bahwa dalam menit sekian ada berapa banyak penonton yang kentut dan berapa banyak penonton yang ke toilet. Hal itu mau menegaskan kalau Yoga cukup mengetahui banyak hal tentang sepakbola, tentang Lionel Messi, tentang Barcelona dan Timnas Brazil dari pada kami yang lainnya. Berdebat dengannya hanyalah menunda-nunda emosi kita kapan memuncak. 

Kebiasaan unik lain dari Yoga adalah selalu memainkan bola kertas saat jam kosong. Diatas meja belajar dibuatlah sebuah gawang dari kertas dan pemainnya, dia akan mengilustrasikan gol-gol dari tim kebanggaannya. Itu dilakukannya hingga tamat SMA, saya tidak tahu apakah di Seminari tinggi dia masih melakukan hal yang sama ataukah sudah berhenti. 

Sepakbola telah menjadi hiburan yang paling berharga buat kami anak-anak Seminari secara khususnya angkatan saya. Meskipun selalu penuh dengan perdebatan tapi itulah yang membuat kami semakin kompak dan solid, bahkan tulisan ini muncul setelah saya berdebat dengan Yoga dalam WhatsApp Grup angkatan kami hehehe. Tukar tambah pikiran yang luar biasa terjadi dan diakhir dengan sebuah kalimat sederhana dari Fr Risal dengan mengatakan " Semua bisa berasumsi 

Tetap semangat dan solid dalam menapaki panggilan hidup membiara buat teman-teman sekalian, suatu saat kita akan bertemu dan akan berdebat lagi soal sepakbola, setelah itu kita bisa tertawa bersama dan melupakan semuanya. Salam LXIV CHUEK

Tidak ada komentar untuk "Sepakbola dan anak asrama (Aris Remetwa)"