Refleksi : Seperti sebuah Perahu (Aris Remetwa)
Beberapa waktu yang lalu dalam sebuah kesempatan yang begitu indah saya sedikit menceritakan sebuah kisah menarik tentang kisah seorang anakkecil dan sebuah kapal mainan buatannya sendiri. Kisah itu saya dapatkan ketika mengikuti kegiatan Ret-ret yang berlangsung di biara Carmel Bedugul.
Sebuah kisah sederhana yang diceritakan pada penghujung kegiatan ret-ret yang pada akhirnya menjadi jawaban bagi saya dalam mengikuti kegiatan tersebut. Pada akhir kisah sang anak lalu berkata demikian "Akhirnya aku memilikimu lagi, pertama saat aku membuatmu dan kedua saat aku membelimu kembali". Sungguh sebuah kalimat sederhana yang benar-benar menjawab sebuah keraguan dalam diri tentang sebuah pengalaman rohani yang baru saja saya saksikan dan jalani.
Waktu pun berlalu semenjak kegiatan ret-ret tersebut. semuanya berjalan seperti biasanya, sedikit membosankan namun harus tetap dijalani. Rutinitas di kebun dan tantangan - tantangan yang harus di hadapi menjadikan waktu berlalu terasa begitu cepat dan tentunya tak dapat diulang kembali. Dalam masa - masa itu pun tantangan hidup dalam ketaatan pun terus diguncang. Menjadi suatu hal yang mustahil ketika kita berkata bahwa kita tidak jatuh dalam dosa dan kesalahan bahkan kesalahan yang sama.
Sebagai seorang manusia yang lemah, pengalaman kejatuhan pada dosa dan kesalahan yang sama menunjukkan betapa kita perlu untuk selalu dipulihkan dan dikuatkan selalu, betapa kita perlu menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita meskipun kita sering meninggalkan-Nya. Tangan Tuhan akan selalu terbuka bagi kita yang datang dan berserah kepada-Nya.
Setelah waktu yang cukup lama akhirnya Tuhan memberikan kesempatan untuk bisa mengikuti sebuah kegiatan rohani yang diselenggarakan di Gereja FX Kuta. Entahlah tapi hari itu benar-benar sebuah kesempatan yang sulit untuk saya lewatkan karena pengalaman kejatuhan pada sebuah kesalahan yang sama. Dalam hati saya bergumul bahwa saya harus datang dan kembali memperbaiki hidup saya, memperbaiki hubungan pribadi saya dengan Tuhan. Saya menyadari betapa saya mulai jauh dan harus kembali pada-Nya, kembali setia memikul salib dan mengikuti Dia.
Diakhir kegiatan, saya begitu merasakan kedamaian, begitu merasakan ketenangan dalam diri, sesuatu yang saya rasakan kembali setelah sekian lama. Sebuah perasaan penuh kedamaian sama seperti yang dirasakan oleh sang anak yang akhirnya bertemu dengan perahu buatannya.
Kita sama seperti perahu itu, kalau tidak diawasi maka akan hanyut terbawa arus hingga benar-benar tersesat. Namun jika diawasi maka kita tidak akan hilang dibawah arus yang deras, bahkan kita mampu untuk melawan arus.
Semoga Tuhan memberkati kita selalu 😇

Tidak ada komentar untuk "Refleksi : Seperti sebuah Perahu (Aris Remetwa)"
Posting Komentar